April 23, 2014

Flash Fiction : Titisan


      “Aku adalah titisan Chairil Anwar!” katamu suatu hari.

     Kala itu aku tak tertarik untuk mengomentarimu. Kau sudah terlalu sering mengatakan hal-hal aneh. Paling tidak, begitulah kesimpulanku sebagai orang terdekatmu selama beberapa tahun ini. Kau pernah mengaku bertemu  aristoteles di toilet asrama. Kau bahkan juga pernah mengaku diutus neptunus lewat radarnya.

     Dan biasanya kau akan lupa dengan semua yang kau ucapkan dalam beberapa jam. Aku rasa aku sudah terbiasa untuk mengabaikannya. Seharusnya aku juga tak perlu mengabaikan ocehanmu kali ini. Cukup masuk akal, bukan?

     Tapi entah kenapa, kau mulai terasa agak berbeda. Kau mengulangi kalimatmu berkali-kali. Berhari-hari. Bahkan kalimatmu tak lagi sebatas “Aku adalah titisan Chairil Anwar!”. Tapi kau juga sudah menyebut-nyebut dirimu sebagai binatang jalang dari kumpulan yang terbuang. Kau bahkan bilang ingin hidup seribu tahun lagi! Brrrr....

     Yang kusesali, aku terlambat menyadari bahwa kau mulai kesetanan. Kau harus kembali ditahan. Aku terlalu terbiasa mengira bahwa kau cuma sedikit aneh karena kecanduan mendengar buku-buku yang kubaca. Aduh. Kenapa aku tak mencegahmu saat kau memecahkan jendela lantai lima dan melompat—lalu mati seketika?

     Harusnya aku tak mengajakmu kabur dari rumah sakit jiwa.
     Harusnya aku tak membohongimu—mengatakan kau itu titisan pujangga.
     Harusnya mama tak ditempatkan di sel sebelahmu, Raka..

22 komentar:

  1. Laaah... ternyata mamanya....

    BalasHapus
  2. harusnya kamu juga tidak usah kabuuuur hhhaa

    BalasHapus
  3. owalah ternyata mengalami gangguan jiwa toh. -_-

    BalasHapus
  4. baru saja tadi bela jar teori kepribadian, nah sekarang ada flashfic tentang skinzofrenia (aku rasa) wkwk :D

    BalasHapus
  5. keren. wah serem sakit jiwanya.

    BalasHapus
  6. Ending yang mengejutkan.. :)

    BalasHapus
  7. Hey buddy, your blog is amazing as always!
    Jersey Chase

    BalasHapus
  8. pretty nice blog, following :)

    BalasHapus
  9. keren ceritanya. ending yang ketebak. Keceh.

    eh tapi pada paragraf kedua kalimat ketiga. Harusnya bukan 'tak perlu mengabaikan'
    tetapi 'tak perlu memedulikan'

    karena abai = tidak peduli.

    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awesome!
      baru sadar. Kurang teliti ternyata aku nya hehehe.

      Makasih koreksinya kak :)

      Hapus
  10. keren, gw musti mikir dulu 3 menit baru ngerti maksudnya :))

    BalasHapus
  11. Thanks for your comments. Love your amazing blog :)

    xoxo
    http://singingthumbelina.blogspot.com

    BalasHapus
  12. mas aul aarr *mau gigit kuping mas* -______________-

    BalasHapus
  13. Wah, makin jago aja nulis nih aul. Lama gak main kesini, hahaha

    BalasHapus
  14. hye, thanks yea follow hani :).
    entry kamu sungguh keren! br ku ngerti maksud mu. :)

    BalasHapus
  15. waaaa~

    titisan pujanggaaa dan itu Mama :3

    BalasHapus
  16. Kampret, gue udah serius2 taunya sakit jiwa.. tapi ini bagus, masukin unsur2 sastra chairil anwar di awal bener2 gak terduga. Gw kirain bakal tentang sastrawan atau apa gitu yg brhubungan dgn literatur.. haha.. Dan gw di paksa mikir padahal pendek. Sialan, lo udah bohongin gw, kamu jahaaddthh!

    BalasHapus

Thanks for dropping by!
Leave some comments here if you want. Use your gmail or blogger or google account to comment. If you do not have one, choose Name/URL.

For private comments or questions just send me email to Aulhowler@yahoo.com

Thank you :)